Pengalaman Penderita Kista Endometriosis


Semuanya berawal sekitar bulan Maret 2013 dan baru sekarang pengalaman penderita kista endometriosis bisa saya tuliskan. Waktu itu saya hanya merasakan rasa nyeri ketika buang air kecil dan dorongan untuk buang air kecil yang cukup sering. Rasanya mirip sekali seperti ‘anyang-anyangan’. Keadaan ini berlangsung selama beberapa hari. Ketika saya sudah merasa sangat terganggu, pergilah saya ke dokter umum. Karena saya menduga rasa sakit tersebut mungkin disebabkan infeksi saluran kencing.

pengalaman penderita kista endometriosis
sumber foto: unsplash.com/@all_who_wander

Pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter umum pun menyimpulkan seperti dugaan saya, infeksi saluran kencing. Saya diberi antibiotika dan beberapa obat serta disarankan untuk banyak minum. Beberapa hari setelah mengkonsumsi obat, rasa sakit saat buang air kecil menghilang. Namun saya cukup terkejut mendapati bulatan kecil yang teraba di perut kiri bawah. Waktu itu bulatan itu kira-kira sebesar bola pingpong. Tidak ada rasa sakit yang saya rasakan, hanya keberadaan bulatan di perut kiri bawah itu mengganggu pikiran saya.

Kira-kira sebulan kemudian, barulah saya pergi ke dokter kandungan. Tanpa melakukan USG, dokter Bharoto Winardi langsung menduga saya memiliki miom. Tentu saja saya tak percaya dengan diagnosa itu. Apalagi di penghujung tahun 2012 saya sempat ke dokter kandungan yang berbeda dan melakukan USG. Hasilnya semua baik-baik saja. Saya pun lantas membuat janji dengan dokter Bharoto untuk melakukan USG keesokan harinya karena tidak ada perlengkapan tersebut di tempat praktek pribadinya. Keesokan harinya saya menjalani USG di Rumah Sakit Panti Rapih. Hasil USG menunjukkan bahwa saya memiliki kista coklat atau kista endometriosis dengan ukuran 6 cm. Dokter Bharoto langsung menyarankan untuk operasi.

Saya tak segera menyetujui saran Dokter Bharoto untuk operasi. Saya ingin mencoba pengobatan herbal dahulu untuk menghindari operasi itu. Saya browsing dan membaca banyak pengalaman penderita kista endometriosis. Sejak saat itulah saya bertekad untuk sembuh tanpa operasi. Saya mulai mengkonsumsi tanaman-tanaman herbal yang kabarnya bisa menyusutkan kista, seperti rebusan daun sirsak, kunyit putih, dan temu mangga. Tapi semua itu ternyata tak mempan pada kista di rahim saya dan justru semakin bertambah besar. Tanpa perlu melakukan USG lagi, ukuran kista ini bisa teraba dengan mudah di perut kiri bawah kira-kira sebesar bola tenis.

Dengan ukuran kista sebesar itu, perut saya tampak membuncit seperti orang yang sedang hamil. Walaupun begitu saya berkeras untuk tidak operasi. Suatu ketika kira-kira enam bulan setelah diagnosa Dokter Bharoto Winardi Soeprono, saya merasakan sakit perut yang begitu hebat. Kejadian itu berlangsung di malam hari sekitar pukul sepuluh malam. Rasa sakit perut ini membuat saya muntah-muntah, keluar keringat dingin yang sangat deras, tak bisa berbaring dan hanya bisa duduk saja. Karena hari sudah malam, saya mencoba bertahan hingga pagi hari.

Begitu pagi datang, saya pun segera meluncur ke Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Setelah dilakukan pemeriksaan diduga kista di perut saya sudah pecah sehingga menyebabkan sakit perut hebat. Pengalaman penderita kista endometriosis ini tak bisa saya lupakan. Betapa penyakit yang sebelumnya saya abaikan kini memaksa saya terbaring di meja operasi.
TerlamaLebih baru

Posting Komentar