Setelah mengalami BO (Blighted Ovum) yang pertama, saya sebenarnya sudah meminta untuk diadakan pemeriksaan demi mencari tahu penyebabnya.
Namun dokter mengatakan bahwa BO pada kehamilan pertama terjadi pada 1 dari 5 wanita hamil. Menurut beliau, belum dibutuhkan pemeriksaan mendalam terkait hal ini.
Meski begitu, saya nekad melakukan pemeriksaan panel TORCH seperti yang saya ceritakan pada postingan sebelumnya. Saya kuatir terjadi BO berulang.
Pengalaman BO Berulang
Ketakutan saya nyatanya jadi kenyataan, kehamilan kedua dan ketiga dinyatakan BO dan harus dikuret.
Kehamilan kedua dan ketiga ini punya kesamaan. Sama-sama mengeluarkan flek kecoklatan diawal kehamilan dan sama-sama terjadi saat kondisi fisik saya tidak siap.
Tidak siap?
Yup, kehamilan kedua terjadi ketika saya harus bolak-balik mengantar ibu mertua yang sakit keras.
Serangkaian pemeriksaan yang melelahkan karena berulang kali harus menghabiskan waktu berjam-jam mengantri dan menunggu obat di rumah sakit.
Sepulang dari rumah sakit, tentu saya harus mengejar menyelesaikan pekerjaan yang terbengkalai. Sudah pasti, waktu istirahat berkurang dan tak sempat lagi memperhatikan diri sendiri.
Di waktu itulah, saya merasakan keanehan pada tubuh ini. Ternyata saya hamil.
Hingga minggu ke-7, janin belum juga muncul. Di minggu ke-8, peringatan tentang kemungkinan BO pun saya terima.
Tapi saya masih menunggu.
Di minggu ke-10 janin masih belum terlihat. Dan di minggu ke-11 flek mulai muncul, saya bersiap untuk kuret sesuai rekomendasi dokter.
Setelah kuret kehamilan kedua ini, saya memang tidak melakukan pemeriksaan apapun. Hanya kontrol 1 kali.
Bukan tak ingin. Tapi kondisi ibu mertua semakin parah. Saya dan suami memilih untuk fokus merawat beliau.
Hampir setahun setelah kehamilan kedua, saya hamil lagi. Lagi-lagi pada kondisi yang tidak tepat.
Ketika itu saya benar-benar lelah, fisik dan mental setelah hampir 1 tahun merawat ibu mertua hingga akhirnya beliau wafat.
Tepat di hari ketujuh wafatnya ibu mertua, tante dari suami juga dipanggil Tuhan. Rencana untuk beristirahat pun urung terwujud. Serangkaian prosesi pemakaman masih saya datangi meski tubuh sudah terasa tak enak.
Dan beberapa hari setelah acara pemakaman tante selesai, saya mendapat kabar ibu saya sakit. Tak berpikir lama, saya pun segera melakukan perjalanan dari Jogja ke Malang untuk merawat ibu.
Selama kurang lebih 2 minggu merawat ibu, tubuh saya semakin terasa nggak enak. Rasa mual mulai muncul.
Dengan perasaan campur aduk, saya pun mencoba melakukan tes kehamilan mandiri dengan test pack.
Hasilnya positif.
Beruntung, tak lama kemudian ibu sembuh dan bisa beraktivitas kembali. Saya pun bergegas kembali ke Jogja.
Kurang lebih 1 minggu setelah itu, tiba-tiba pendarahan terjadi. Saya pikir, kemungkinan besar akan keguguran di minggu ke-6 ini.
Ternyata tidak. Hasil USG menunjukan kantung kehamilan masih utuh dan masih bisa dipertahankan. Saya hanya diminta untuk bedrest total selama kurang lebih 3 minggu.
Sayangnya, tiga minggu berlalu tanpa tanda-tanda janin muncul.
Artinya, BO lagi.
Seperti kehamilan kedua, kuret pun dilakukan ketika flek mulai terjadi di minggu ke-11.
Apa Saja Pemeriksaan Pasca BO Berulang?
Setelah kuret, saya memutuskan untuk kembali ke dokter spesialis infertilitas yang dari awal menangani kondisi saya yakni di klinik Permata Hati, Dr. Sarjito Yogyakarta.
Setelah bertemu beliau dan menyampaikan kondisi BO yang berulang, maka dimulailah pemeriksaan untuk mencari tahu penyebab BO berulang.
Pemeriksaan awal yang dilakukan adalah pemeriksaan kondisi rahim melalui USG transvaginal. Bagi yang belum tahu, USG transvaginal dilakukan dengan cara memasukkan sebuah alat USG yang bentuknya mirip tongkat dengan panjang 5-7cm ke dalam vagina.
Pemeriksaan yang berlangsung kurang lebih 20-30 menit ini bertujuan untuk memeriksa rongga rahim dan juga leher rahim.
Sesudah pemeriksaan selesai dilakukan, dokter menyebut kondisi rahim saya baik-baik saja. Tidak ada masalah.
Konsultasi dan USG transvaginal yang dilakukan di Bulan September 2023 ini menghabiskan biaya Rp. 128.000 saja.
Berapa Biaya Pemeriksaan Darah Pasca BO Berulang?
Selain pemeriksaan USG transvaginal, dokter juga meminta saya untuk serangkaian tes darah. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari tahu penyebab BO berulang.
Ada pun pemeriksaan darah atau tes darah yang direkomendasikan untuk dilakukan meliputi:
1. Tes darah TSH atau tiroid untuk mendiagnosa gangguan tiroid.
2. Tes darah prolaktin untuk mengetahui kadar prolaktin dalam darah.
3. Tes darah AMH untuk mengetahui cadangan sel telur.
4. Tes kadar kekentalan darah.
5. Tes antibodi dalam darah.
Berbekal surat jalan dari dokter, saya pun langsung menuju ke laboratorium Rumah Sakit Dr. Sarjito. Sayangnya, di laboratorium ini saya hanya bisa melakukan tiga macam tes darah saja yakni tes darah TSH, prolaktin dan AMH.
Dua tes darah lainnya yakni tes kadar kekentalan darah dan tes antibodi dalam darah harus dilakukan di laboratorium swasta karena laboratorium RS Dr.Sarjito belum mendukung untuk melakukannya.
Nah, pemeriksaan darah di laboratorium RS Dr. Sarjito ini tidak memiliki syarat apapun. Artinya, saya tak perlu berpuasa atau melakukan persiapan apapun. Cukup datang dan menyerahkan surat jalan saja.
Adapun biaya untuk pemeriksaan darah ini sebesar Rp. 1.042.000 dengan rincian:
Tes darah TSH Rp. 220.000,-
Tes darah AMH Rp. 670.000,-
Tes darah prolaktin RP. 150.000,-
Biaya administrasi Rp. 2.000,-
dokumentasi pribadi |
Berapa Biaya Pemeriksaan Darah di PRODIA?
Setelah melakukan survei pada beberapa laboratorium swasta, pilihan saya jatuh pada laboratorium Prodia. Alasannya sederhana, jam buka lab ini sampai malam hari sehingga saya bisa datang kapan saja.
Enaknya lagi, tersedia aplikasi mobile U by Prodia untuk booking sebelum melakukan tes darah. Lewat aplikasi ini pula saya jadi tahu berapa biaya yang harus saya keluarkan untuk tes darah.
Segera sesudah melakukan booking online, saya datang ke salah satu laboratorium Prodia di tengah Kota Jogja. Sesaat sebelum pengambilan darah, petugas menyebut bahwa jika nantinya darah saya yang diambil hasilnya keruh, maka saya akan dihubungi kembali untuk pengambilan darah ulang.
Saya juga ditanya, apakah saya sudah makan atau belum. Kebetulan hari itu saya belum makan, hanya minum air putih saja meski hari memang sudah siang dan jam menunjukan pukul 12 lebih.
Petugas lab tampak senang. Katanya lebih bagus kalau saya belum makan, kecil kemungkinan hasil darah akan keruh. Waaah…sungguh kebetulan yang menguntungkan bagi saya!
Lalu berapa biaya pemeriksaan darah di Prodia?
Bagi saya cukup mahal.
Seluruh pemeriksaan darah menghabiskan biaya Rp. 3.598.000 dengan rincian sebagai berikut:
Pemeriksaan tingkat kekentalan darah ACA IgG Rp. 1.105.000,-
Pemeriksaan tingkat kekentalan darah ACA IgM Rp. 1.105.000,-
Pemeriksaan Anti-Beta2-Glikoprotein 1 Rp. 1.388.000,-
Nah, tak langsung mendapatkan hasil, pemeriksaan darah ini membutuhkan waktu kurang lebih 5 hari. Hasil pemeriksaan bisa diambil di laboratorium Prodia atau bisa juga diakses secara online.
dokumentasi pribadi |
Posting Komentar