Pengalaman Sakit Batu Ginjal dan Penanganannya di RS. Panti Rapih

Terjadi di bulan kedua tahun yang baru, pengalaman sakit batu ginjal ini sungguh tak mengenakan. Jadi begini, awalnya suami merasakan sakit di sebelah kiri perutnya. Rasa sakit ini semakin terasa di malam hari terlebih saat berbaring.  Segala macam minyak-minyakan sudah dioles tapi sama sekali tak  mengurangi rasa sakit. Alhasil, beberapa malam suami nyaris tidak tidur. 

Anehnya lagi, rasa sakit di perut kiri menjalar hingga ke punggung. Tak ada gangguan buang air kecil dan juga tak ada gangguan buang air besar. Makan dan minum pun tidak ada masalah. 

Waktu itu curiganya sih salah makan. Soalnya di hari sebelumnya, suami makan cukup banyak makanan yang nggak sehat. Mulai dari mie instan hingga martabak manis dilahap dalam sekejap. 

pengalaman sakit batu ginjal

Pemeriksaan di Faskes 1

Karena tak kunjung membaik selama beberapa hari, kami pun memutuskan untuk periksa ke faskes 1. Dokter melakukan pemeriksaan dan wawancara. Dari kebiasaan makan dan BAB yang kadang-kadang bermasalah, disimpulkan rasa sakit yang dirasakan terkait pencernaan. Kami pun dirujuk ke dokter penyakit dalam di RS Panti Rapih.

Bertemu dengan dokter penyakit dalam pun hasil pemeriksaannya tak jauh berbeda, gangguan pencernaan. Suami diberi obat untuk lambung dan obat yang diminum sebelum dan sesudah makan. Lantas kami diminta untuk kontrol 1 minggu kemudian. 

Pemeriksaan Mandiri, USG Perut

Pulang ke rumah dan membawa sekantung obat nyatanya tak membuat rasa sakit di perut kiri berkurang. Suami masih mengeluh kesakitan, bahkan disertai demam dan berkeringat. 

Kami pun memutuskan untuk kembali ke dokter penyakit dalam. Karena tidak sesuai dengan anjuran tanggal kontrol, kunjungan ke dokter penyakit dalam kali ini tidak ditanggung BPJS. 

Kami sih sama sekali tak keberatan karena rasa sakit yang sudah semakin hebat. Pada kunjungan ini, kami memutuskan untuk berganti dokter demi mendapatkan pendapat yang berbeda. 

Bertemu dengan dr. Evi Handayaningsih, kami menceritakan hasil pemeriksaan sebelumnya, obat-obatan yang diberi dan rasa sakit yang sama sekali tak berkurang. dr. Evi pun segera menyarankan untuk melakukan USG perut dan sejumlah tes darah agar penyebabnya segera diketahui. 

Hari itu juga, kami pun bergegas ke radiologi dan ke laboratorium untuk melakukan pemeriksaan. Ketika dilakukan USG perut didapati bahwa ginjal sebelah kiri lebih besar ukurannya dibanding ginjal sebelah kanan. Dokter di bagian radiologi menyebut, biasanya pembesaran ini disebabkan adanya penyumbatan. Jadi, perlu dipastikan lagi penyebab sumbatannya. 

Masih di hari yang sama, hasil pemeriksaan kami konsulkan dengan dr. evi. Hasilnya, kami diminta untuk bertemu dengan dokter penyakit dalam sub spesiali urologi. Kami juga disarankan untuk mencari rujukan dari faskes 1 supaya jika nantinya diperlukan tindakan-tindakan, BPJS bisa digunakan. Tak lupa, dr. Evi membekali pula dengan obat anti nyeri. Beliau berpesan jika rasa sakit semakin menghebat, kami diminta untuk segera ke IGD saja. 

Nah, seluruh pemeriksaan mandiri (tanpa BPJS) ini menghabiskan biaya sekitar 600ribu. 

Rujukan Ulang ke Faskes 1

Tak ingin menunda-nunda lagi, masih di hari yang sama kami segera ke faskes 1. Kami tunjukkan hasil USG dan minta dibuatkan rujukan ulang. Kali ini ke dokter penyakit dalam sub spesialis Urologi sesuai arahan dr. Evi. Tentu saja rujukan yang lama tidak lagi bisa dipakai karena secara khusus kami harus bertemu dengan dokter penyakit dalam dengan sub spesialis ini. 

Sama sekali tak dipersulit, kami segera mendapatkan rujukan baru yakni ke dokter Indrawarman spesialis Urologi. Pertemuan yang pertama diagendakan minggu depan atau beberapa hari kemudian. 

Pertemuan yang Cepat dan Singkat!

Hari yang ditunggu pun tiba. Pagi-pagi benar kami meluncur ke Panti Rapih untuk mengurus rujukan BPJS dan melakukan pemeriksaan. Pengurusan BPJS kini semakin cepat, tidak seperti dulu. Hanya butuh waktu beberapa menit saja dan kami bisa segera menuju ke poli penyakit dalam.

Pertemuan dengan dr. Indrawarman ternyata berlangsung amat cepat dan singkat. Kami diminta untuk melakukan CT scan terlebih dahulu. Jadi, hari itu kami hanya mendapatkan rujukan untuk ke radiologi saja. Belum ada penanganan apapun. 

Segera saja di hari ini kami ke radiologi untuk melakukan CT scan. Hasilnya dikonsultasikan pada pertemuan berikutnya, 1 minggu kemudian. 

Tepat 1 minggu kemudian, kami mengambil hasil CT scan dan membawanya saat berkonsultasi. Jawaban dr. Indrawarman sangat jelas dan singkat, ada batu di ureter atau di saluran yang menghubungkan antara ginjal dan kandung kemih. Inilah yang membuat ginjal sebelah kiri tampak lebih besar akibat tidak lancarnya pembuangan urine. Dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan laser agar batu pecah tersebut hancur. 

Laser Batu Ginjal dan Pemasangan DJ Stent

Menurut keterangan dr. Indrawarman, tindakan laser batu ginjal ini hanya membutuhkan waktu 1 jam saja. Tetapi tentu saja dibutuhkan waktu juga untuk persiapan dan evaluasi pasca tindakan. Karena itu, suami diminta untuk opname 1 hari sebelum waktu tindakan. 

Kami mulai masuk RS Panti Rapih di hari Senin sore untuk persiapan-persiapan. Lalu keesokan harinya dilakukan tindakan laser batu di ureter sekitar jam 14.00 WIB. 

Benar saja, tindakan laser ini membutuhkan waktu sekitar 1 jam saja. Waktu serasa lama karena harus menunggu dokter yang datang dan persiapan-persiapannya. Untuk tindakan ini, suami dibius setengah badan saja.

Setelah tindakan, perawat menjelaskan bahwa setelah laser baru di ureter dilakukan pula pemasangan DJ stent atau double J stent. Alat ini berbentuk selang kecil yang dipasang di saluran kemih tepatnya dari ginjal, ureter dan kandung kemih. Funsinya tak lain untuk melancarkan aliran urin dari ginjal ke kandung kemih. 

Perawat berpesan agar suami minum minimal 10 gelas sehari dan minum anti nyeri yang telah diresepkan bila dirasa nyeri yang mengganggu. DJ stent ini rencananya akan dilepas 1 bulan kemudian. 

Setelah tindakan laser ini, suami masih harus menginap sehari lagi untuk evaluasi. Sore hari di hari Rabu, barulah kami diperbolehkan pulang. 

Lalu apa yang terjadi pasca tindakan laser dan pemasangan DJ stent ini?

Suami jadi lebih sering buang air kecil. Maklum saja, jumlah air putih yang dikonsumsi juga banyak. Selain itu, terkadang air seni berwarna kemerahan karena bercampur darah. Seperti pesan perawat, tetap harus banyak minum supaya air seni kembali normal. 

Setelah ini, kami masih menunggu jadwal kontrol yang pertama di minggu depan. 
Lebih lamaTerbaru

Posting Komentar